Lucu ketika seseorang berkata "Jangan lakukan ini!" sementara dia melakukan hal yang seharusnya "jangan". Bingung? Akan kujelaskan.
Ada kejadian menarik yang kualami hari Minggu ini. Malam tadi, diajak mama belanja beberapa keperluan ke salah satu hypermart dekat rumah. Sepulangnya belanja, mama bilang mau isi bensin dulu ke SPBU sebelah. Maka jadilah kami beranjak mengisi bensin motor, yang kebetulan berplat merah karena motor dinas.
Sampai di SPBU, seorang bapak paruh baya pengisi bensin bilang, "Merah! Pertamax!" Ya, maksud bapak itu adalah karena motor yang mama kendarai berplat merah, maka nggak boleh ngisi bensin jenis Premium. Harus Pertamax. Aku manggut-manggut saja sambil berpikir,
"Hmm, bapak ini rupanya patuh aturan, tapi nggak tau kalau motor dinas ini boleh-boleh saja diisi premium." Lalu aku tersenyum kecil.
Belum habis rasa kagumku pada bapak itu, aku menoleh ke sebelah kiri. Ternyata ada bapak-bapak paruh baya lain yang membawa 4 jerigen (tabung) besar kosong dengan motor, yang kuyakin niatnya ingin mengisi bensin secara penuh dalam jerigen tersebut.
Di sini aku belum terpikirkan apapun. Hingga mama bilang, "Bapaknya apaan deh lebay amat!" dan kujawab dengan, "Ya berarti bapaknya mematuhi aturan yang berlaku, ma." "Ya iya, plat merah gaboleh isi premium, tapi ada orang bawa jerigen dibiarin." Aku diam.
Nah, sudah tau kan di mana letak 'kelucuan'nya? Iya. Bapak pengisi bensin tadi mematuhi aturan cuman setengah-setengah. Dan itu, mungkin, membuat mama muak. Memang seharusnya kalau kita berniat untuk menegakkan hukum (karena itu kewajiban kita sebagai seorang warga negara yang baik), ya tegakkanlah hukum itu dengan setegak-tegaknya. Bukan setengah-setengah. Contohnya, kejadian yang kuceritakan ini. Aku menghargai niat bapak pengisi bensin untuk mematuhi aturan yang telah dibuat, namun alangkah baiknya kalau bapak tadi juga menolak dan mengingatkan orang yang berniat ngisi jerigen-jerigen besarnya dengan bensin. Bukankah hal seperti itu juga dilarang? Dan harusnya memang ada tindakan tegas dari karyawan SPBU untuk menolak dengan
kekeuh orang-orang yang maunya
kulakan bensin di SPBU.
Ketika kutanya mama perihal kendaran berplat merah yang ada di puskesmas, mama memberikan jawaban bahwa kendaraan dari dinas kesehatan dengan plat merah nggak wajib diisi dengan bensin jenis Pertamax, karena memang masih termasuk subsidi dari pemerintah. Entah aku juga nggak terlalu mengerti maksudnya atau benar enggaknya. Yang jelas, yang kusoroti di sini adalah; Bagaimana kita menegakkan hukum secara tegas dan nggak setengah-setengah mengingat kita juga memiliki kewajiban itu sebagai seorang warga negara.
Mungkin aku memang bukan seorang warga negara sempurna yang selalu taat hukum, tapi setidaknya, aku sudah melakukan apa yang harus kulakukan dengan nggak melanggar hukum yang ada. Dimulai dari hal kecil seperti memakai helm ber-SNI, nggak melanggar rambu lalu lintas, dan nggak mainan HP saat berkendara.