Menulis surat ini, aku membayangkan sedang bercengkerama denganmu di teras rumah sambil sesekali menyesap secangkir cokelat panas. Dalam bayanganku, aku mendengarmu bercerita tentang bagaimana kau menungguku untuk berbagi suka duka selama hampir tiga puluh satu hari denganmu, yang kemudian membuatku merasa bersalah untuk sekian menit. Hingga akhirnya aku mendengar suaramu yang semakin mengecil, seolah tahu bagaimana perasaanku. Lalu kau menepuk pundakku lembut, meyakinkanku untuk tak usah menyalahkan diri sendiri. 'Aku tahu kau sangat sibuk akhir-akhir ini' begitu katamu.
Tapi tetap saja, mengabaikanmu selama itu membuatku tak enak hati. Kau selalu menjadi kesayangan yang kutunggu-tunggu kehadirannya. Namun begitu kau hadir, aku malah mengabaikanmu. Tak menengokmu walau sebentar. Bagaimana mungkin hal seperti ini bisa membuatku baik-baik saja?
Hebatnya, dengan segunung perasaan bersalah yang berkecamuk dalam dada, tak sedikitpun keluar kalimat bernada menyalahkan darimu. Tak sedikitpun kau mengintimidasiku. Tak sedikitpun kau memberiku tatapan sinis. Kau memang manis, tak pernah membuatku menangis. Mungkin inilah alasan terbesar mengapa kau akan selalu menjadi favoritku.
Memberiku banyak hal menarik adalah alasan lain mengapa aku selalu membanggakanmu. Kadang kau juga menyiapkan kejutan untukku, walau memang tak semuanya membuatku terkejut. Selain itu, tak pernah ingkar untuk mengukir kenangan manis tiap kali kau hadir juga menjadi alasan kuat mengapa aku menggemarimu sebegini banyaknya. Ah, sesungguhnya aku tak butuh alasan-alasan itu untuk menyayangimu; aku akan menjadi penggemarmu yang setia tanpa tapi.
Maafkan untuk segala hal yang membuatku melupakanmu tahun ini. Dua puluh kali kau hadir di hidupku, baru kali ini aku tak menyambutmu dengan antusias. Tak pernah ada maksud untuk mengabaikanmu, apalagi membencimu. Tahun ini memang menjadi tahun yang amat sibuk buatku, dan aku tahu kau mengerti. Maaf telah membuatmu merasa terabaikan. Aku tak bisa berjanji akan memberimu sambutan yang luar biasa di kali lain, tapi aku berjanji akan setia menunggu kehadiranmu satu tahun lagi. Semoga Tuhan masih mengijinkan kita untuk, setidaknya, sekadar menukar sapa.
Kau akan selalu menjadi favoritku, Januari. Terima kasih untuk tiga puluh satu hari yang warna-warni.
Pasuruan, 31 Januari 2015.
Dari perempuan yang sok sibuk.
Saturday, January 31, 2015
Friday, January 30, 2015
Cepat Sekali #1
Kata orang, waktu terasa begitu cepat ketika kita menikmatinya, dan berjalan sangat lambat ketika kita bosan. Dari sini, aku menyimpulkan bahwa aku menikmati waktu-waktuku. Rasanya baru kemarin aku menuntaskan #30HariMenulisSuratCinta di tahun 2014 dengan 30 surat yang aku tulis. Dan kini, aku sudah bertemu kembali dengan kegiatan menyenangkan ini. Aku sangat tidak sabar!
Tahun lalu, saat username twitter-ku masih @rzkynndy, tukang pos yang 'berkewajiban' untuk menyampaikan surat-suratku adalah kang @dausgonia. Tahun ini, dengan username twitter @nindunia, Bosse memberiku kesempatan untuk berkenalan dengan tukang pos baru, kak @ikavuje. Aku memang belum begitu mengenalmu, kak, tapi aku yakin, awal pertemuan kita dalam #30HariMenulisSuratCinta ini memang sudah ditakdirkan. Ngomong-ngomong soal takdir, kak Ika percaya nggak sih, sama yang namanya takdir?
Ah, sepertinya aku terlalu terburu-buru menanyakan pertanyaan ini. Berkenalan saja belum. Hehe, maafkan aku ya, kak Ika. Kau bisa memanggilku Nindy kak, sebagaimana teman-teman biasa memanggilku. Selama tiga puluh hari ke depan, kakak akan 'mengantarkan' surat-suratku. Doakan saja ya, kak, semoga aku bisa beristiqomah menjalankan #30HariMenulisSuratCinta di tengah kesibukan menjadi mahasiswa tingkat akhir, agar bisa merasakan bahagianya konsisten seperti tahun lalu.
Salam kenal, kak Ika. Jangan lelah menyampaikan surat-suratku berikutnya, ya!
Pasuruan, 30 Januari 2015.
Dari yang berusaha istiqomah.
Tahun lalu, saat username twitter-ku masih @rzkynndy, tukang pos yang 'berkewajiban' untuk menyampaikan surat-suratku adalah kang @dausgonia. Tahun ini, dengan username twitter @nindunia, Bosse memberiku kesempatan untuk berkenalan dengan tukang pos baru, kak @ikavuje. Aku memang belum begitu mengenalmu, kak, tapi aku yakin, awal pertemuan kita dalam #30HariMenulisSuratCinta ini memang sudah ditakdirkan. Ngomong-ngomong soal takdir, kak Ika percaya nggak sih, sama yang namanya takdir?
Ah, sepertinya aku terlalu terburu-buru menanyakan pertanyaan ini. Berkenalan saja belum. Hehe, maafkan aku ya, kak Ika. Kau bisa memanggilku Nindy kak, sebagaimana teman-teman biasa memanggilku. Selama tiga puluh hari ke depan, kakak akan 'mengantarkan' surat-suratku. Doakan saja ya, kak, semoga aku bisa beristiqomah menjalankan #30HariMenulisSuratCinta di tengah kesibukan menjadi mahasiswa tingkat akhir, agar bisa merasakan bahagianya konsisten seperti tahun lalu.
Salam kenal, kak Ika. Jangan lelah menyampaikan surat-suratku berikutnya, ya!
Pasuruan, 30 Januari 2015.
Dari yang berusaha istiqomah.
Subscribe to:
Posts (Atom)