Thursday, April 24, 2014

Mengapa Kita Copas? (Jawaban dari blogpost 'PEDE = Percaya (sama) Diri (sendiri)')

Halooo khalayak ramai! Hehe maaf yaa akhir-akhir ini jarang ngeblog, abisan tugas kuliah manja banget nggak mau ditinggal. Tapiii tenang aja, karena di blogpost yang ini, aku mau mengulas satu topik yang berkaitan dengan blogpost-ku sebelumnya, yaitu perihal copas.

Ngomongin soal copas, pasti ada yang pro dan yang kontra. Nah, bisa dibilang aku ini masuk ke golongan yang kontra, alasannya apalagi kalau bukan karena aku pernah merasakan menjadi korban pen-copas-an dari pelaku yang tidak bertanggung jawab. Tapi, kita nggak boleh menutup mata dan telinga dengan hanya mendengarkan dari satu sisi saja. Kita juga harus menerima pendapat dari sisi yang lain, yaitu sisi pro. Masih ingat kan, sama blogpost-ku yang berjudul PEDE = Percaya (sama) Diri (sendiri)? Ternyata nih, salah seorang temanku (yang bercakap-cakap lewat sms sama aku di postingan itu), baca blogpost itu dan dia nggak setuju sama postinganku. It's okay, aku malah nyuruh dia buat bikin satu blogpost balasan yang menjawab postingan punyaku. Tapi masalahnya dia nggak punya blog :/

Jadiiii, jalan keluarnya adalah dia nulis pendapatnya dan dikirim melalui email. Di sini, aku akan ngepost pemikirannya dia mengenai copas. Mohon diingat ya, semua yang ada di blog ini adalah pendapat tanpa ada niatan untuk menyinggung atau menyakiti perasaan siapapun. Tapi kalau ada yang tersinggung aku minta maaf, yaaa namanya juga pendapat. Ambil yang baik, buang yang buruk, dan jangan ditelan mentah-mentah, kawan. :))

So, here it is: Mengapa Kita Copas?

By: Ariya Subagya

Mengapa kita copas? Apakah copas itu salah?

Mari kita telaah bagaimana copas telah jadi suatu budaya bagi kalangan pelajar... pertama kita akan bahas kenapa sih kita copas? Pasti kalian semua bakal jawab karena males mikir, males cari ide, males cari bahan baru... yaa itu sih emang ga baik dan itu mah copas-er newbi beud... tapi menurut saya, kenapa sih kita perlu copas? Adalah sebagai berikut;

1.     Dunia jaman sekarang beda dengan dunia jaman dulu bung!
Jaman dulu orang bego aja bisa jadi ilmuwan dengan cuma asal mikir dan ungkapin hal baru ke publik, itu kreatif lhu, tapi bener ga? G tentu bener, tapi semua orang bisa percaya sampe berabad-abad. Contoh: ada ilmuwan yang ungkapin kalau bumi itu datar, ada juga yang bilang bumi thu jadi pusat tata surya ( geocentris ). Entah atas dasar apa mereka bilang itu ke publik dan dipercaya orang banyak selama berabad-abad. Mungkin saat itu adalah jaman jahilliyah(kebego’an masal) dimana mereka bisa percaya pada hal baru yang tak punya dasar kebenaran. Kalo kita hidup di jaman itu kita akan bebas berkreatif dan mikir hal itu bener ato ga, pokok’e hal baru. Kita akan bilang bumi itu bentuk hati atau bumi itu tak berputar, melainkan koprol. Yaa sah sah aja kan, mereka bisa asal mikir dan dituangkan, kita juga bisa, tapi apakah itu benar? Tentu tidak. Kalau hidup dijaman sekarang kita uda jadi orang gila dengan taraf akut stadium 4. Jadi intinya, cari hal baru dijaman sekarang g semudah cari hal baru dijaman dulu, karena dunia semakin sempit. Manusia uda bejibun dan tentu mereka punyak ide-ide yang baru. 1 manusia bisa punya ribuan ide dalam hidupnya, maka sapa yang bisa jamin kalau ide kita, kreatifitas kita ternyata uda kepake diluar sana. Jadi kita g perlu ngotot nyari hal baru, karena bisa jadi hal baru yang kita tuangkan ternyata sudah diwujudkan oleh orang lain.

2.     Menjadi dasar kerangaka pemikiran yang 80% arahnya tepat sasaran.
Bagi beberapa orang mulai minder saat dihadapkan pada kertas kosong. Mikir nih mau diisi apaan? Inget cerita dalam episode sponge bob yang g tau mau diisi apa kertasnya? Tentu kita ga mau alamin kayak gitu. Kita juga g tau mau dibawa kemana apa yang akan kita tulis, apakah sesuai dengan yang diinginkan oleh yang meminta kita menulis? Bisa aja salah paham. Untuk menghindari hal seperti itu, kita perlu contoh yang tepat gimana yang kebanyakan orang tulis dengan perintah yang sama, kita akan gugling dan copas materi yang sama untuk dijadikan dasar pemikiran kita dan menjadi arah kemana kita akan menulis namun masih dengan style kita. Sehingga meminimalisir kesalahpahaman dan tidak alamin yang sponge bob alamin.

3.     Menghemat waktu dan energi
Masih menggambarkan kisah sponge bob, berapa jam yang dibuang untuk menulis yang dia sebenarnya tau namun tidak bisa tertuangkan dalam tulisan karena tak tau kemana ia akan menulis. Dengan copas tentu akan menghemat waktu, dasar pemikiran telah terbentuk dan kita hanya menyesuaikan dengan pemikiran, bahasa, dan style kita. Waktu kita jadi lebih cepat, dan dapat melakukan hal lain lebih banyak lagi.

Dari 3 alasan di atas, itulah mengapa saya melakukan copas dalam mengerjakan tugas saya. Untuk menemukan hal baru g semudah yang kalian pikirkan, kalian tentu berpikir tulisan kalian adalah hal baru, ide baru, kreatif. Namun bagi saya hal baru yang anda buat bukan berarti itu hal baru, mungkin ada 1-2 orang bahkan 5-10 orang yang sudah menulis demikian. Anda memilih judul yang sesuai dengan anda, yang sebenarnya itu mungkin sudah ada 2-3 judul yang intinya sama, hanya beda 1-2 kata saja. Lalu apa bedanya dengan anda copas sebuah judul yang hampir sesuai dengan anda, lalu anda rubah 1-2 katanya untuk menjadikan itu milik anda, karya anda, ide anda. Itu yang saya sebut dengan inovasi. Inovasi lebih dibutuhkan dalam dunia modern, karena sudah banyak pemikiran yang sudah dituangkan oleh khalayak umum. Hal baru yang kita pikirkan tak menjamin itu benar-benar baru dan orisinil, meski itu dari pikiran kita sendiri dan bukan berarti tak ada orang yang bisa berpikir seperti kita dan menuliskannya lebih dulu. Dengan berinovasi kita tak perlu susah buang waktu dan energi untuk hal kreatif yang mungkin saja sudah jadi milik orang lain. Dengan berinovasi kita hanya mengambil yang ada, mengolahnya lebih baik lagi, dengan gaya kita, bahasa kita, style kita. Kita mengolah yang kurang baik jadi lebih baik, kita mengubah hal biasa jadi luar biasa.

Dalam dunia industri, suatu penemuan jaman sekarang tidak dimulai dari selembar kertas kosong. Kita melihat yang ada dan dinikmati oleh publik, lalu mencari tau apa yang mereka inginkan lebih dari itu, dan kita rubah apa yang biasa dinikmati publik menjadi suatu yang wah dan luar biasa sehingga itu dapat disebut sebuah penemuan. Hal tersebut tentu lebih mudah daripada membuat sesuatu yang benar-benar baru. Liat penemuan baru yang sudah ditemukan orang-orang kita (tak bermaksud meremehkan) seperti membuat bahan bakar dari e’eg sapi, kebo atau apapun itu. Siapa yang akan mengobel-obel e’eg sapi buat jadi bahan bakar? Apa bisa diterima publik? Tentu tidak, kita membuang waktu, biaya dan energi yang tidak bisa dikomersilkan, yang tidak bisa digunakan oleh publik. Lebih baik kita melihat apa yang ada dan merubahnya menjadi luar biasa. Seperti android, sebelum ada android, publik sudah banyak yang menggunakan ponsel, lalu suatu brand memiliki pengatur folder dalam ponsel dan dapat menambahkan aplikasi, dimasa itu yang diinginkan publik adalah ponsel yang dapat menambahkan aplikasi secara gratis dan bebas di era global saat ini. Ditambahkan dengan operasional melalui sentuhan maka akan membuat penggunanya menjadi lebih pintar dan lebih mudah melakukan tugas-tugasnya. Itulah yang dilakukan google dengan menciptakan androidnya. Mereka tidak menciptakan ponsel baru, mereka hanya merubah ponsel yang biasa menjadi luar biasa. Tentu itu menjadikannya suatu penemuan baru, dapat diterima publik dan sukses di pasaran.

“Hal baru bukan berarti harus dari selembar kertas kosong, hal baru bisa didapat dengan mengubah 70% sesuatu yang sudah ada untuk menjadi karya kita, ide kita, penemuan kita. Seperti halnya penyanyi kafe, tidak perlu menyanyikan lagu barunya, hanya perlu menyanyikan lagu orang lain, diubah menjadi ciri khasnya sehingga mendapatkan uang, pujian dan applause dari penonton, meski sang pemilik lagu tak mendapat apa-apa. Itulah yang disebut dengan INOVASI”

***

Jadi, gimana gaes? Ada yang punya pendapat lain mengenai copas mencopas? Nggak usah takut menyuarakan pendapat sendiri, karena itu udah jadi hak kita kok dan diatur di Undang Undang Dasar pasal 28 tentang kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan *saelah* asalkan selama tulisan kita nggak mengandung SARA sih, aku rasa nggak bakalan dihujat kok hehehe :p
Silakan share pendapat kalian di comment box yaaa! Atau mungkin bisa ngasih pendapat balasan lewat blogpost juga nggak apa-apa. :))

6 comments:

  1. yang disesalkan dari copas itu adalah mereka menyadur tanpa menyertakan sumbernya, seolah-olah semua itu hasil karya mereka sendiri tanpa bantuan pihak lain.

    ReplyDelete
  2. copas kalau di ubah 70 % -an itu bukan copas lagi, malahan bahan yang diniatkan copas cuma jadi bahan refrensi aja, bener gue yahhh?

    ReplyDelete
  3. copas yg paling benar adalah yang mencantumkan sumbernya.... #katanya
    kalo ga mau nyantumin sumber, ga usah copas, ga usah ngequotes, mending dipelajari dengan seksama dan kembangin dengan ide sendiri.. gitu kan ya maksudnya? :)

    ReplyDelete
  4. Sip, tapi yang saya pertanyakan adalah, ketika anda berpikir dan menuliskannya lalu anda pikir tulisan anda adalah real dari pikiran anda akhirnya anda berhak atas tulisan anda dan ngeshare di khalayak umum, lalu ternyata ada juga orang yg punya pikiran kayak anda dan ditulis jg seperti anda yg 80% sama, apakah itu copas? Tentu tidak, kenapa saya menghalalkan copas y karena itu, tp jangan copas dari sumber yg uda ada hak paten kyk dari buku, kalo dari artikel y bebas2 aja copas, ga ada yg larang, karena ga cuma 1 orang yg bahas hal yg sama, tulis dgn pikiran sendiri tapi 80% sama dgn pikiran org lain thu sama aja dgn copas dari org lain dan di ubah 20%

    ReplyDelete
  5. ane termasuk yang pro,, dan ane tiap dapet bahts, ane banyak ngambil materi dari internet, meskipun ga copas sama persis,,

    ReplyDelete
  6. kalo tanpa sumber, kayaknya copas dilarang keras deh

    ReplyDelete

Thanks for stopping by. You seem nice. You are welcome to leave any comments here.