Siang tadi aku sempat mengalami kebuntuan akan benda lain apa yang ingin kutuliskan ceritanya dalam lanjutan proyek ini. Mataku tertuju pada sebuah tumpukan buku-buku bacaan di salah satu sudut meja. Dari beberapa buku bacaan yang kupunya, aku memilih buku dengan judul Jadi Penulis Ngetop Itu Mudah karya Lie Charlie sebagai bintang utama cerita hari ini.
Buku ini tipis. Tebalnya hanya 124 + iv halaman saja. Aku bahkan lupa kapan aku membelinya. Lalu kubaca lagi ia, hingga aku temukan halaman terakhir --yang mana juga sebagai sampul belakangnya--. Ada satu tulisan yang kuyakini sebagai tulisanku di pojok kanan atasnya. Rizky Nindy Lestari 17/12/2005 14:06 WIB. Wah, rupanya sudah cukup lama aku membelinya. Delapan tahun silam, aku masih duduk di bangku kelas enam sekolah dasar. Aku sedikit terkejut dengan fakta bahwa aku sudah memiliki passion dalam bidang menulis sedini itu.
Aku mengingat kembali bagaimana aku bisa mendapatkan buku tipis nan berguna ini. Namun aku gagal. Ya, seperti yang sudah kutulis kemarin, ingatanku seperti ikan mas koki. Di tengah usaha kerasku mengingat-ingat, papa memasuki kamar. Melihatku memegang buku itu, beliau berkata, "Kamu ini punya bakat nulis dari kecil. Mungkin turunan dari papa." Aku menoleh. Masih terdiam. Lalu papa meninggalkan kamarku. Sekarang aku ingat, bagaimana perjalanan buku ini dari toko buku hingga sampai ke tanganku.
Papa suka sekali mengajakku ke toko buku, begitu pun sebaliknya. Waktu itu, papa mengajakku ke Gramedia Basuki Rahmat Surabaya, yang kini menjadi Gramedia Expo. Di sana, aku berkeliling hingga akhirnya menemukan satu judul buku yang menarik. Jadi Penulis Ngetop Itu Mudah: Trik-trik Menulis Handal. Dengan ilustrasi yang lucu bagi gadis seumuranku (waktu itu aku berumur sepuluh tahun), aku lantas mengambilnya, kemudian menunjukkan pada papa. Papa bilang, "Beli aja." Dan, terbelilah buku itu yang masih kusimpan hingga sekarang.
Isi buku ini tidak berat, cocok dibaca penulis muda dan pemula seperti aku di umur sepuluh tahun dulu. Semenjak membacanya, hasrat menulisku semakin membara. Selepasku lulus SD, kuhabiskan tiga tahun masa SMPku dengan menulis banyak sekali cerpen-cerpen maupun (calon) novel. Membaca tulisan-tulisanku dulu membuatku malu, karena di usiaku yang delapan belas tahun dan wawasan yang bertambah ini, aku sudah tidak seproduktif dulu.
Semoga saja pertemuanku kembali dengan buku ini dapat menyalakan api semangatku yang sempat padam beberapa tahun belakangan.
*ikutan proyek Cerita Dari Dalam Kamar (#CeritaDariKamar) yang digawangi Bernard Batubara*
No comments:
Post a Comment
Thanks for stopping by. You seem nice. You are welcome to leave any comments here.