Ada satu benda yang sangat kusukai, namun jarang kusentuh. Yap. Gitar lama yang berdiri di pojok kamarku. Pertama kali bisa main gitar waktu kelas 3 SMP. Saat itu aku iseng memetik senar demi senar dari gitar seorang teman yang membawanya ke sekolah. Ketika itu aku sedang buta nada, apalagi kort gitar. Aku hanya asal petik saja, hingga terdengar suatu genjrengan yang kurang merdu didengar.
Sudah lama aku memimpikan kebisaan bermain alat musik, salah satunya gitar. Maka jadilah, aku pun mempelajari cara bermain gitar secara otodidak dan klasik; baca buku panduan.
Tak disangka, aku bisa memainkan beberapa lagu sederhana dari hasilku belajar (tentunya dengan meminjam gitar kawanku karena aku belum punya). Beberapa hari kemudian aku melaporkan hasil belajarku pada mama dan papa seraya merajuk minta dibelikan gitar akustik.
Mama dan papa tak lantas percaya. Lalu aku meyakinkan mereka bahwa aku bisa. Hingga akhirnya, permintaanku dikabulkan. Terbelilah sebuah gitar akustik berwarna cokelat yang sampai sekarang masih kumiliki.
Semasa sekolah dulu, aku sering memainkan gitarku. Mencoba lagu-lagu baru walau aku tak bisa semahir para gitaris. Membuat video cover, walau sering berakhir kacau karena aku lupa kort di tengah jalan. Hingga menemaniku di kala sepi membunuh.
Namun semuanya berubah ketika aku mulai mengarungi kehidupan kuliahku.
Awalnya, aku memang membawa gitarku ke kota di mana aku melanjutkan studi. Tapi sejak sebuah kecelakaan menimpaku dan mengharuskanku untuk menggendong sebelah tangan untuk beberapa bulan, gitar itu dibawa pulang lagi oleh mama. Ya, memang tak mungkin bagiku untuk tetap memetik senar-senarnya dengan keadaan yang seperti itu.
Suatu waktu, aku pulang ke rumahku. Kota tempat di mana aku tinggal selama ini. Saat itu tangan kiriku sudah tak lagi dalam gendongan. Namun tak terpikir olehku untuk segera menyambangi alat musik favoritku yang diselimuti tas gitar berwarna hitam. Hingga suatu hari, seseorang membuatku rindu. Aku ingat, dia pernah berkata padaku, "Kalau kangen, gitaran aja." Ajaib sekali bagaimana satu kalimat dari orang yang kau sayang dapat memunculkan inisiatifmu. Maka, kukeluarkan gitar itu dari dalam tasnya.
Tebak apa yang kudapat.
Gitar itu rusak. Senarnya putus. Kayunya patah. Hatiku hancur melihatnya.
Maafkan aku yang sudah tak lagi menghiraukanmu.
Maafkan aku yang tak pernah merawatmu dengan baik.
Sungguh aku menyesal. Banyak lagu dan kenangan yang terekam dalam gitar ini yang tak akan pernah bisa digantikan gitar lain merk apapun.
*ikutan proyek Cerita Dari Dalam Kamar (#CeritaDariKamar) yang digawangi Bernard Batubara*
No comments:
Post a Comment
Thanks for stopping by. You seem nice. You are welcome to leave any comments here.