Wednesday, February 27, 2013
Dear, Kamu. #part2
Hari ini, aku (lagi-lagi) ketik nama lengkapmu di kolom pencarian Google dan menemukan satu hal yang kulewatkan dulu. Memang nggak begitu penting, bagi kamu, bagi sebagian orang, namun buatku, sedikit informasi tentangmu adalah sesuatu yang perlu aku tau.
Mengingat kamu bukan tipe lelaki yang suka bersentuhan dengan dunia maya, apalagi sosial media, laiknya lelaki jaman sekarang. Karena kamu berbeda, itulah yang buatku, entah, menaruh hampir seluruh hatiku padamu.
Teringat akan suatu media yang mungkin, satu-satunya yang kamu punya di dunia maya. Kubuka dan masih sama seperti terakhir kali aku membukanya. Isinya. Masih tiga, dan masih dipenuhi kata-kata khas punyamu. Aku masih tersenyum, masih mengingat bagaimana kalimat khasmu menyapa hari-hariku, sebelum tanggal 18 November 2012. Ya, terakhir kali kamu sapa aku lewat pesan singkatmu adalah hari Sabtu, 17 November 2012. Aku masih mengingatnya. Saat itu, kamu mengejutkan aku dengan getar hpku dimana aku nggak pernah sangka akan dapat sms darimu kala itu. Aku masih ingat, bagaimana raut muka dan ekspresiku seketika berubah saat sapaanmu masuk di hpku. Aku juga ingat, waktu itu kamu cerita kalau kamu habis dari Bromo kemarinnya, tapi lupa nggak mampir kerumahku. Aku senang kamu masih ingat aku saat itu. Saat itu.
Kamu tau, aku perbesar foto profil yang ada di media dunia maya punyamu. Foto yang menurutku lucu, dimana kamu memakai topi fedora plus kacamata hitam dengan latar belakang ukiran candi. Foto itu kuyakini sebagai foto rekreasi sekolahmu, yang entah benar atau tidak. Kuamati postur tubuhmu dalam foto itu, tidak jauh berbeda dengan keadaanmu saat ini. Tetap seperti yang ku tau, tinggi dan berisi. Dengan perut yang, ehm, seksi dalam bahasaku; buncit.
Eh, kamu ingat nggak, waktu aku bilang aku suka lelaki buncit? Waktu itu pasti kamu belum sadar kalau yang kumaksud disitu adalah kamu. Atau mungkin sebenarnya kamu sadar, tapi kamu mau pura-pura nggak sadar? Hihi entahlah. Mengingat semua kenangan itu selalu bikin aku senyum dan ketawa kecil. Bikin aku kembali menerawang jauh pada hari dimana kamu dan aku tidak sejauh sekarang.
Aku memang sudah nggak mengharap kita, kamu dan aku, balik lagi seperti bagaimana dulu kita saling mengenal. Aku hanya nggak bisa nahan perasaan ini. Perasaan yang terlampau sering kuceritakan pada sahabat-sahabatku, yang sudah bosan mendengarkan segala kenangan dan bagaimana kamu membuatku seperti sekarang ini.
Mereka boleh saja bosan dengan ceritaku tentangmu yang menurut mereka, hanya mampu dituangkan pada dua lembar kertas HVS. Tapi aku, nggak akan pernah bosan mengingat segalanya, hari dimana akhirnya aku merasakan kehadiran semangat di tengah-tengah keputus-asaanku.
Kamu, sekali lagi aku bilang; Aku rindu. Selama surat-surat yang tak akan kamu baca ini masih kutulis dengan semangatnya, selama itu pula aku akan memendam semuanya dari kamu. Andai kamu tau, betapa aku ingin mengungkapkan rindu ini padamu, semua surat ini padamu, melihat bagaimana ekspresimu. Aku ingin sekali. Namun sepertinya hal itu nggak akan terjadi. Karena kamu sudah lama melupakanku dan ingin menjauh dariku. Aku tau itu kok. Dan aku juga akan dengan segala upayaku, berusaha nggak mengganggu hari-harimu lagi. Dengan atau tanpa kamu tau.
Hei, apa kamu tau aku rindu membaca semua pesanmu? Apa kamu tau pesan-pesan itu tak lagi ada di hpku? Bukan inginku menghapusnya, namun sepertinya semesta memang nggak mengijinkanku mengingat kamu lagi. Padahal semesta pun tau, menghapus pesanmu dengan mudah dan tanpa seijinku, bukan berarti akan semudah itu pula menghapus ingatan tentangmu dari pikiranku.
Untuk kamu, yang akhirnya membuatku menghapus lagu ini dari playlist hpku, Padi - Tempat Terindah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Thanks for stopping by. You seem nice. You are welcome to leave any comments here.