"Kejutan!"
Kalau daun dan bunga-bunga di pekarangan rumahku bisa bicara, mungkin itulah yang akan mereka katakan saat aku membuka pintu dan menemukan sosokmu di hadapan. Setelah satu minggu kau lenyapkan diri, malam tadi kau putuskan untuk muncul kembali. Lengkap dengan senyum yang biasa kau suguhkan padaku. Ada apa sebenarnya? Kau tak berniat memberi harapan padaku, bukan? Atau, ada alasan lain di balik kehadiranmu yang tiba-tiba?
Satu minggu tak menjalin komunikasi, aku merasakan sedikit perubahan padamu. Kau lebih pendiam. Tak seperti biasanya. Entahlah, mungkin itu hanya perasaanku saja. Mungkin juga kau coba menyesuaikan diri dengan keadaan kita sekarang; keadaan di mana rasa canggung menyeruak hingga membuat sesak. Aku sadar, kemarin aku juga tak berbicara banyak. Kau tahu, sesungguhnya aku benci bersikap kikuk denganmu. Terasa seperti hanya ragaku yang menjumpaimu, sendiri tanpa ditemani jiwa yang melanglang entah ke mana.
Bukankah kau rasakan hal serupa; kau yang bukan kau dan aku yang bukan aku. Ke mana perginya jiwa mereka berdua? Bukankah seharusnya keadaan kita tetap baik-baik saja? Toh, hanya satu minggu kita hilang kontak. Satu minggu. Waktu yang terlalu singkat untuk kekakuan yang kita hadirkan kemarin.
Seharusnya kita bisa bersikap biasa saja, bersikap seolah-olah kau tak pernah tahu perasaanku dan aku tak pernah ungkapkannya padamu.
Dua jam yang kita lalui kemarin bak kemarau panjang. Kering, sepi, tiada guyonan segar. Sesekali kau lontarkan gurauan, yang kemudian diiringi tawa kecil dari bibirku. Ah, ada yang salah pada kita. Kemarin malam itu bukan kita, bukan. Kita yang kutahu selalu memecahkan suasana hingga lupa waktu. Kita yang kutahu tak pernah malu-malu lemparkan ejekan pun pujian. Kita yang kutahu tak pernah ciptakan keheningan yang perlahan mematikan senyuman. Ke mana kita yang itu?
Aku rindu kita.
Andai kutahu semua akan berakhir seperti ini, pasti tak akan kuizinkan perasaan ini bertumbuh. Apalagi memberitahumu tentangnya.
Surabaya, 23 Februari 2015.
Dari yang tak ingin berubah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
:") Arrgh
ReplyDeleteKenapa, Haaap? Bikin juga dong yang kayak gini :p
DeleteAku juga kadang bikin ginian, Nin. Tapi sajakku gag bisa nyess ek :"
DeleteHihi aku juga nggak bisa bikin sajak kok, Hap. Ungkapin apa yang kamu rasa aja tanpa peduliin sajak atau rima. :D
Deletemampir numpang baca-baca ya
ReplyDeletesemangat selalu nulisnya, biar disayang teman 😄 #abaikan
ReplyDelete"teman"-nya tolong di-stabilo ijo :"
Deletemakasih gan infonya dan salam sukses
ReplyDeleteterimakasih bos tentang infonya dan semoga bermanfaat
ReplyDelete