Aku ingin teriak. Lepaskan tumpukan amarah dalam dada. Legakan bulir-bulir emosi yang berjejalan tak karuan. Geramku sudah cukup beralasan untuk tautan alis yang timbulkan tikungan tajam. Nafas yang memburu seolah menjadi penanda betapa jengkelnya hati ini.
Aku tak tahu berapa banyak alasan lagi kau ucap tiap kecewakan diri. Aku sudah bosan. Aku bahkan tak tahu harus pekikkan apa untuk perasaan yang berkecamuk. Bicara denganmu toh percuma saja, buang buang waktu.
Dengar, kau tak seberharga itu untuk waktu-waktu berhargaku. Jangan terlalu percaya diri. Aku tak menyesalimu, aku menyesali waktu yang kubuang demi seorang kau.
Surabaya, 26 Februari 2015.
Dari yang (akhirnya) marah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
wah, untung seorang mantan banget nih ya :))
ReplyDeletekenapa nyambungnya ke mantan sihhh x))
Deletejangan lamalama marahnya yaa, semiga segera ceria lagii ❤️
ReplyDeletenggak dong kak, ini sudah ceria karena lihat komen kak Ika :3
Delete