Wednesday, February 4, 2015

Pertemuan Pertama dengan Yang Lama Dicari #6

Aku masih ingat hari itu. Jum'at, 7 November 2014. Siang itu, dengan langkah sedikit ragu, aku berjalan menuju lobi tempat dilangsungkannya sebuah seminar di mana kau menjadi penyelenggaranya. Aku? Aku dikontak oleh sang master of ceremony untuk bertugas sebagai terima tamu. Kekurangan personil, katanya. Saat itu aku yang sedang tak ada kesibukan, tentu saja mengiyakan. Anak kos mana sih yang menolak rejeki?

Maka, di depan pintu masuk lah tempatku bekerja. Sebelum mulai melaksanakan tugas, mbak master of ceremony mengenalkanku dengan beberapa orang yang bertanggung jawab atas acara itu. Selepasnya, aku duduk saja, mencarikan nama pada daftar hadir, membagi kupon door prize, dan memberi senyum paling ramah pada setiap ibu, bapak, mbak, dan mas yang datang.

Bangku di mejaku tersedia untuk dua orang. Tetapi karena aku bekerja sendiri, jadilah kursi di sebelahku kosong. Hingga akhirnya kau datang, dan tanpa basa-basi duduk di sebelahku. Aneh, aku tak melihatmu di antara orang-orang yang diperkenalkan padaku tadi. Namun sepertinya kau berperan penting dalam kelangsungan acara itu. Dengan kamera Nikon yang kau bawa, aku dapat menebak posisimu saat itu yang langsung menjawab pertanyaanku akan, "Kenapa aku nggak ditugasin buat dokumentasiin acara aja, ya?"

Itulah pertemuan pertamaku denganmu. Pada menit-menit awal, terkesan biasa saja memang. Kau mengajakku bicara, saling menyebutkan nama, dan bertanya hal-hal basi selayaknya orang yang baru berjumpa. Kupikir perkenalan ini akan berjalan seperti perkenalan-perkenalanku dengan orang baru pada umumnya. Tapi, tidak denganmu. Entah bagaimana, tiba-tiba saja pembicaraan kita tidak bisa disebut basi. Bermula dari pertanyaan, "Kuliah di mana?" yang berakhir dengan cerita seru mengenai hobi kita yang ternyata sama. Kau bercerita tentang saat-saat SMAmu, aku bercerita mengenai kedudukanku sebagai mahasiswa tingkat akhir. Membicarakan persoalan kuliah, kau membuatku terkejut dengan kalimat, "Aku dulu mahasiswa teknik komputer. Nggak nyambung ya, sekarang kerjanya di bank? Nggak nyambung juga ya sama hobi fotografiku?"

Obrolan kita pun berlangsung seru. Aku bahkan tanpa sadar sudah berani melemparkan ejekan-ejekan yang biasanya hanya kulontarkan pada teman yang kukenal sejak lama. Begitupun kau. Obrolan kita berlangsung sangat akrab, apalagi dengan banyaknya kesamaan yang kita punya. Game yang kumainkan ternyata kau mainkan juga, padahal tak semua orang mengetahuinya. Perdebatan mengenai kamera juga tak terhindarkan. Saling berbagi pengetahuan kita lakukan. Saking serunya, kita berdua seringkali tanpa sadar tertawa mengejek satu sama lain, bertukar pandang saat mendengarkan masing-masing kita bercerita, hingga peserta seminar yang lewat menatap kita dengan pandangan penuh curiga. Di titik itu, aku merasa dipertemukan dengan seorang kakak yang sudah terpisah sekian lama.

Semua ini berlangsung mulus-mulus saja, kau bahkan memberiku kontakmu. Sudah lama aku tak memiliki kawan bicara seasyik ini. Apalagi dengan fisik yang menarik, aku bisa sangat betah berlama-lama mendengarmu bercerita sambil sesekali mencuri pandang.
Sampai satu panggilan telepon. Dan satu permainan pada smartphone yang kau tunjukkan padaku.
Kau bilang, "Istriku juga suka banget main ini."
Ya. Is-tri.
Belum selesai rasa kagetku, kau juga membuatku tak percaya dengan jawaban yang kau beri atas pertanyaanku, "Aku nggak mainin game ini. Yang mainin biasanya anakku."
Ya. A-nak.

Oalah, mas.
Padahal aku sudah terlanjur bahagia menemukanmu.
Padahal aku sudah terlanjur bahagia menemukan orang yang sangat nyambung denganku.
Padahal aku sudah terlanjur bahagia menemukan sosok mas-mas ganteng yang nggak sok ganteng.
Tapi, ya sudahlah. Tuhan memang sangat mengenalku, dikabulkanNya keinginanku untuk merasakan bagaimana hangatnya seorang kakak laki-laki.

Pertemuan pertama kita yang berlangsung tidak lebih dari enam jam itu memang memberi banyak sekali kesan, mas. Semoga kita dipertemukan lagi di hari lain, ya! Jangan lupa kenalkan aku dengan istri dan anakmu yang lucu itu.



Surabaya, 4 Februari 2015.
Dari yang menganggapmu mas-biologis-walau-beda-bapak-ibu.

8 comments:

  1. bhangkeee T_T gini amaaat yaaa, huft.
    semoga gak ketemu yang begini lagi ya.
    semangaaattttt

    ReplyDelete
  2. Tolong tanyain, anaknya umur berapa, Nin. Kalo cewek, lumayankan. Aku tunggu sampe umur 18.

    ReplyDelete
  3. Aku mengirim surat yang sama, Surabay 4 februari :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oya? Mau baca dooong! *langsung ubek-ubek blognya*

      Delete
  4. aduuuh bacanya ikut nyesek juga >.<
    emangnya,, pria yang asyik di ajak ngobrol biasanya udah ada yang punya,, <<<pengalaman juga soalnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyayah? Duh, semoga nanti kita dipertemukan sama pria yang asik juga tapi masih available..... Siapa tau dia jodoh kita :")

      Delete

Thanks for stopping by. You seem nice. You are welcome to leave any comments here.