Wednesday, February 25, 2015

Untuk Ingkarmu #27

Mungkin kau sudah bosan mendengar cerita perihal perubahan yang kurasa pada lingkunganku, pada teman-temanku. Ribuan pertemuan kita lewati dengan keluh kesah mengenai ketidakadilan yang kurasa pada situasi A, mengenai kejamnya persaingan yang kualami pada situasi B, ataupun kegelisahan lain pada waktu dan tempat berbeda dengan persoalan yang masih sama.

Aku ingat pernah merajuk agar kau tidak mengubah diri seperti tokoh-tokoh yang ada pada setiap ceritaku. Aku juga ingat kau pernah berjanji untuk tidak akan berubah, sekalipun dunia berusaha mengubahmu. Aku tak akan lupa bagaimana raut wajahmu terlihat begitu meyakinkan, hingga membuatku percayai janjimu dengan mudahnya. Aku masih memegang janjimu sampai saat itu tiba; saat di mana aku merasa ada sesuatu yang mengubahmu.

Haruskah ku katakan kau ingkari janji, atau justru aku yang harus instropeksi?
Ya. Bisa saja aku yang berubah. Bukan kau. Bukan juga mereka yang selalu kusebut dalam tiap sesi bercerita denganmu.

Terlepas dari siapa yang berubah, satu kesimpulan kudapat: semua orang berubah. Tidak satupun hal dapat mencegahnya. Tidak satu kalimat janji yang kau ucapkan dapat mencegahnya.

Kau beriku alasan, 'Aku sedang mencoba mengerti diri sendiri, sebelum aku bisa mengertimu.' saat aku bertanya-tanya akan perubahanmu.
Haha. Kau bukan pembohong yang handal rupanya. Kau tahu, aku tahu, dunia tahu, bahwa hanya kau yang paling mengertiku. Yang paling memahamiku melebihi diriku sendiri. Tidakkah kau masih ingat, siapa yang pertama kali menawariku tempat untuk tumpahkan beban saat aku justru terlihat sangat baik-baik saja dengan senyuman paling ceria yang kutampakkan? Tidakkah kau masih ingat, siapa yang berkata, "Matamu tidak menampakkan kebahagiaan. Tidak usah berusaha tegar." saat aku menyambutmu dengan senyuman paling lebar?
Hei, itu kau. Itu kau yang mengerti segala titik kecil pada diri. Itu kau yang mengerti perasaan hati. Kau sangat mengertiku, tak usah kau coba bohongi aku dengan memberi dalih yang dapat terbantahkan dengan begini mudah. Akuilah, kau (atau mungkin aku) memang berubah. Tak usah beri penjelasan mengenainya.

Apapun alasanmu mengingkari janji, aku harap itu bukan karena hal-hal yang kita lalui beberapa hari ini.



Pasuruan, 25 Februari 2015.
Dari yang tak lagi merasa sama.


NB: Aku punya satu lagu untukmu selagi kau baca surat ini: Keane - Everybody's Changing.

4 comments:

  1. Pada akhirnya yang pernah berucap takkan berubah, perlahan-lahan terlihat beda akhirnya. Mungkin waktu yang memaksanya untuk berubah atau memang kita yang sebenarnya belum benar-benar mengenal dia.

    Aku suka suratnya, kak. Semoga kelak, tidak ada lagi yang mengingkari ucapannya:))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semua tidak ada yang tetap, begitu ya? :))
      Hehe aamiin ya, semoga kita bisa menjaga janji kita. :))

      Delete
  2. semuanya akan berubah termasuk dirimu. maka terimalah dengan lapang dada dan semangat selalu. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kak, tidak ada yang 'menetap' di dunia ini. :")

      Delete

Thanks for stopping by. You seem nice. You are welcome to leave any comments here.