Halo.
Ah, mungkin kau tak mengenalku, kak. Tapi yang jelas, kita pernah bicara. Pernah saling menyemangati satu sama lain. Pasti kau bertanya-tanya, "Ah, masa? Kapan?"
Untuk menjawab pertanyaanmu, izinkan aku menceritakannya dalam surat ini.
Saat itu, pertengahan tahun 2007 (atau mungkin 2008, aku tak begitu mengingatnya). Pertama kali aku mendengarmu di sebuah stasiun radio di mana kau menjadi penyiarnya. Di tahun itu, aku selalu menjaga frekuensi radioku agar tetap berada pada stasiun di mana aku bisa mendengar suaramu. Kau ingat tidak kak, ada satu segmen berjudul
Obat Tidur? Nah, di segmen itulah kau seringkali menyemangatiku. Tak jarang, aku kirimkan pesan singkat mengenai permasalahan yang kuhadapi. Terkadang aku juga mengirimkan sekadar sapaan salam saat kau bertugas pada segmen
911, ingat? Kemudian lambat laun kau mulai mengahapal namaku yang kerap muncul pada
SMS gateway radiomu. Pernah suatu ketika aku memintamu untuk menjadi kakakku, dan tanpa kusangka, kau berkata, "Boleh dong, dek Nindy."
Sejak saat itu, aku selalu menganggapmu sebagai sosok kakak buatku.
Mungkin kau sudah melupakan detil-detil kecil seperti itu, kak. Tapi aku tak akan pernah bisa lupa. Ada satu momen di mana aku kau buat bahagia bukan kepalang saat akhirnya dapat berbicara denganmu, walau memang hanya melalui sambungan telepon. Malam itu, aku tak sengaja melihatmu di sebuah stasiun teve lokal, sedang membawakan acara musik bersama satu orang
host perempuan. Tanpa pikir panjang, aku pun langsung meraih gagang telepon, menekan digit-digit nomor sesuai dengan yang tertera di televisi, lalu menunggu teleponku tersambung. Satu kali telepon, belum tersambung. Aku tak menyerah. Pada percobaan kedua, seseorang mengangkat teleponku. Dalam hati aku memekik kegirangan, karena impianku untuk bicara denganmu tersampaikan. Setelah menunggu tak sampai satu menit, akhirnya aku dapat mendengar suaramu. Bukan melalui radio, bukan melalui televisi. Aku mendengar suaramu yang begitu jelas tepat di sebelah telinga. Saking gembiranya, aku melupakan apa yang seharusnya kulakukan saat menelepon acara teve itu:
request lagu. Ya, setelah sang
host perempuan mengingatkanku untuk menyebutkan satu judul lagu yang ingin kutonton video musiknya, pembicaraan kita pun sesegera mungkin diakhiri olehnya. Apalagi setelah aku menyebutkan nama stasiun radio tempatmu biasa menyapaku pada acara teve itu secara
on air, sang
host perempuan pun buru-buru menyudahi teleponku. Aku yang waktu itu belum tahu etika jurnalistik, tentu saja merasa kesal.
Tapi, mendapat pengalaman untuk berbicara denganmu saat itu sudah cukup mewah buatku. Sebuah pencapaian yang cukup prestisius untuk ukuran anak SMP yang mengagumi penyiar radio ibukota.
Kalimat-kalimat bijak yang selalu kau lontarkan tiap kali menemani pendengarmulah yang membuatku mengagumi sosokmu. Ada satu kutipan darimu yang masih kuingat hingga saat ini, ketika kau sedang memberi suntikan semangat melalui segmen dini hari itu,
"Do what you love, love what you do."
Kutipan itu masih terpatri dalam benak dan menjadi patokan setiap kali aku melakukan sesuatu.
Sebenarnya, tujuanku menulis surat ini padamu tidak lain tidak bukan hanya satu, kak: ingin mengucapkan selamat ulang tahun. Selamat bertambah usia. Selamat menjalani hidup di tahun ke-dua puluh tujuh. Aku senang, tahun ini adalah tahun pertama kau melewati pergantian usia dengan adanya seorang istri di sisi. Yang membuatku lebih senang lagi adalah mengetahui bahwa istrimu merupakan sosok wanita yang selama ini memenuhi hari-hari, bahkan sebelum aku mengenalmu. Aku masih ingat hari di mana aku mengetahui perempuan yang menjadi sumber semangatmu kala itu. Kak Aiu, begitu aku pertama kali melihat namanya. Tak kusangka, kini ia menjadi pendamping hidup yang siap menemani hingga akhir hayat nanti. Untuk kehidupan baru bersama kak Aiu, aku ucapkan selamat juga ya, kak. (meski ucapan ini rasanya sedikit terlambat)
Sekali lagi, selamat bertemu usia baru, kak Yugo. Secara tulus kudoakan semoga kebahagiaan selalu bersamamu. Semoga Allah memberimu rejeki yang baik dan halal. Semoga segera diberi titipan Allah yang soleh/solehah dan lucu. Sehat selalu ya, kak. Sukses untuk semua karirmu. Sampaikan salam dan doaku untuk istri tercinta.
Pasuruan, 18 Februari 2015.
Dari pendengar setia yang masih menganggapmu kakak lelakinya.
NB:
Kalau kak Yugo tak ingat, acara musik di teve lokal waktu itu bernama Music Lyric, kak.