Aku suka sekali dengan hujan. Mereka bilang, hujan selalu membawa kenangan. Aku setuju. Titik demi titik yang hujan turunkan, tak pernah gagal menghadirkan indah kenangan.
Pun hari ini.
Tak hanya hujan yang mengguyurku sore tadi. Memori enam tahun silam seakan tak mau kalah menghujam ingatanku keras. Tetiba saja ia hadir, terputar jelas. Bagaimana bisa seseorang yang memiliki ingatan seperti ikan mas justru teringat setiap detil peristiwa enam tahun lalu?
Hujan memang ajaib.
Aku ingat, bagaimana khawatirnya kau saat tanpa diduga rintik hujan mulai turun. Saat itu, aku yang sedang berlindung di balik punggungmu yang bidang, berusaha menghindari sentakan-sentakan air hujan. Kemudian kau berkata, "Kamu nggak apa-apa? Kalau kedinginan, peluk aku aja."
Ih, dasar tukang gombal! begitu pikirku. Tentu saja aku tak akan memelukmu, kita kan tak ada ikatan. Tapi dari sudut spion kanan yang kuintip, tidak ada raut muka melucu darimu. Saat itu aku masih bodoh, selalu melewatkan perhatian kecilmu.
Hingga akhirnya muncullah kenangan berikutnya. Di hari lain, kau berkunjung ke rumahku. Bersama teman-teman kita. Entah apa yang membuatmu bersungut, tapi aku melihat wajahmu yang cemberut. Diam, tak biasanya. Masih dengan kebodohanku, aku percaya saat kau bilang kau baik-baik saja. Lalu pamit pulang. Teman-teman kita yang lain mulai panik, tahu bahwa kau bukanlah tipe orang yang mudah naik darah. Satu per satu dari mereka coba menghubungimu, dan jawaban yang mereka terima sama: "Aku hanya ingin pulang."
Khawatir, salah satu teman kita memandangku. Teman dekat kita secara entah bagaimana, berhasil meyakinkanku untuk menghubungimu dengan, "Kalau kamu yang ngomong, dia pasti mau. Dia nurutnya cuman sama kamu."
Bodohnya, aku tak pernah sadari semua pertanda kecil itu hingga beberapa tahun kemudian. Saat kita berdua sama-sama terikat suatu hubungan. Yang membuatku semakin terkejut adalah hari jadian masing-masing kita yang hanya berselang dua hari.
Betapa ajaibnya hujan dengan tiap jengkal kenangan. Seakan tak ingin luput menyapa dengan lembut. Andai saja kenangan dapat terulang, tentu aku akan menyambut hujan dengan hati riang.
Surabaya, 3 Februari 2015.
Dari yang tidak membenci kenangan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
iya, jangan membenci kenangan. :) semangaaattttt
ReplyDeleteNggak kok kak, kenangan kan bagian kehidupan. :D
DeleteSama surabaya kak :D
ReplyDeleteOya? Surabaya manaa? Wah dunia sempit banget ya hihi :D
DeleteAda yang pernanh berpesan, jangan membuat kenangan pahit/patah hati saat hujan. karena akan membuat sedih sepanjang tahun.
ReplyDeleteEh, iya? Tapi dipikir-pikir iya juga sih, soalnya ntar tiap hujan turun bakal keingetan sama kenangannya. :((
Delete