Dengan ini, kupenuhi janjiku menuliskanmu sebuah surat, hai cowok yang (katamu) ingin serius denganku. Maafkan kalau kalimat yang tergores di sini tidak seindah yang kau harapkan.
Kemarin katamu, duniaku dan duniamu akan benar-benar menyenangkan bila disatukan. Bukan maksudku menilai duniamu, hanya saja aku belum mengenal duniamu. Bukan aku tak setuju kalau kau seorang yang asyik. Ya, comic mana sih, yang tak mampu buat suasana jadi lebih menarik?
Mungkin kau terlalu terburu-buru memproklamirkan keseruan yang akan terjadi bila dunia kita dipertemukan. Aku pun merasa kau belum sepenuhnya memahami duniaku, memahamiku. Bagaimana mungkin kita bisa saling memahami kalau nyatanya obrolan tatap muka kita hanya berlangsung satu kali? Bagaimana mungkin kita bisa seyakin itu akan mencipta dunia penuh warna kalau nyatanya kita tak pernah benar-benar tau apa yang telah masing-masing kita lalui?
Kemarin katamu, aku sulit membuka hati hingga akhirnya kau temukan orang lain. Ada satu hal yang sepertinya belum kau ketahui tentang aku: aku bukan tipikal wanita yang mudah mempersilakan banyak hati untuk sekadar mengintip ruang kosong dalam dada, apalagi memasukinya. Sekali waktu aku pernah dikecewakan, dibuat remuk habis-habisan. Dan bagiku, bukan perkara mudah untuk membangun kembali gubuk kepercayaan pada sesiapa yang mencoba setelah berulang kali dihujani batu-batu tajam. Dengan alasan itulah, aku mulai membuat konstruksi dinding-dinding perkasa yang melindungi sisa-sisa kepercayaan yang masih ada; menunggu seorang yang bisa runtuhkan semua.
Kutegaskan: membangun keyakinan akan sebuah hubungan tidak semudah itu, mas.
Kalau kau sudah temukan dia yang lebih leluasa membuka hati dibanding aku, mungkin kau bisa coba selami dunianya. Maksudku, itu akan terasa lebih mudah bila dibandingkan dengan usaha yang harus kau lakukan untuk menjebol pertahanan yang kubuat. Kau orang yang baik, tentu aku akan berbahagia untuk kebahagiaan orang-orang baik.
Surabaya, 8 Februari 2015.
Dari yang tidak menutup hati.
P.S.: Akan lebih menyenangkan kalau kau coba balas suratku, mas. :))
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
tak woco woco kok ketoke ora enek sing gawe aku to? wkwkwkwkwkwk
ReplyDeletePingin tah mas? Tak gawekno taaa wkwk
Delete