"Waaah, iya! Kamu lebih keren pake baju yang model begini!" Tanpa kusadari, aku menjawab pertanyaannya penuh semangat dengan senyum yang merekah lebar. Dia tersenyum.
Senyum itu.
Tidak pernah aku membayangkan akan sebegini candu. Selama aku mengenalnya, sudah teramat sering aku mendapatkan senyum itu darinya. Namun akhir-akhir ini, seperti ada perasaan yang lain. Yang kosong, ketika sehari saja aku tak menangkap senyum dari bibir itu.
"Trus, aku kelihatan keren kalau pake baju yang kaya gimana lagi, nih?"
Aku terdiam sejenak.
Tidak pernah sebelumnya hatiku membisikkan kalimat ini; kamu kan memang sudah keren. Apa-apaan ini?
"Mmm... kayanya kamu lebih cocok kalau pake kemeja trus lengannya dilipet sampe siku gitu, deh. Trus kumisnyaaa, tetep tipis kaya gitu aja. Lucuk!" Aku terus berceloteh tentang apa-apa yang kurasa akan membuatnya tampil lebih menawan. Dia hanya mengangguk, tersenyum, sesekali melihat kerapihan benda-benda yang menempel di tubuhnya.
Melihatnya seperti itu, tiba-tiba saja senyumku mengembang. Seolah mengisyaratkan betapa ucapanku sangat berarti untuknya. Walau kutahu, sesungguhnya tiada begitu berarti.
"Makasih sarannya, yaa! Aku mau tampil lebih keren lagi dari sekarang!"
Ya ampun, dia begitu bersemangat. Aku hanya tertawa mendengar kata demi kata yang terucap dari mulutnya. Ah, ada apa denganku?
Kembali ku menatap senja.
Indah.
Namun senjaku yang indah kali ini terasa berbeda. Entah. Aku mengembangkan senyum di wajahku terus-menerus tanpa henti. Hingga matahari bersembunyi di balik langit malam. Hingga kumandang adzan maghrib terdengar. Hingga akhirnya kusadari, ada ruang yang tersita di hati.
No comments:
Post a Comment
Thanks for stopping by. You seem nice. You are welcome to leave any comments here.