Sungguh aku tak ingin menyalahartikan tatapan matamu yang meneduhkan; senyuman di wajahmu yang menghangatkan; juga kalimat-kalimat yang meluncur keluar dari bibirmu yang membuat perasaan tak keruan.
Mendapatkan perhatian-perhatian kecil darimu, yang sebelumnya kuanggap biasa saja, kini membikin hariku berwarna, bak pelangi setelah hujan. Bodohnya, aku selalu berharap agar kau lakukan hal-hal kecilmu yang sangat kunanti itu setiap kau bertemu aku.
Walau kutahu, kau tak akan.
Aku masih belum mengerti, mengapalah harus padamu aku menaruh rasa; seseorang yang tak pernah kuduga sebelumnya. Aku juga masih belum mengerti, mengapalah harus kurasakan perasaan ini sekarang; di waktu yang memang benar-benar tidak tepat. Aku pun masih belum mengerti, mengapalah kau lakukan banyak hal yang membuatku makin sulit melenyapkan perasaan yang tak sepantasnya ini.
Di sini, di kejauhan ini, aku menunggu saat di mana pada akhirnya aku akan berhenti menjadi pemain adegan penuh kepura-puraan yang handal. Saat di mana pada akhirnya aku berhenti mengutuk diri sendiri. Saat di mana pada akhirnya aku tak lagi bohongi satu perasaan yang kini terus bertahan. Saat di mana pada akhirnya aku akan utarakan apa yang ada dalam hati.
No comments:
Post a Comment
Thanks for stopping by. You seem nice. You are welcome to leave any comments here.