Sebelumnya, aku minta maaf karena lancang mengambil gambarmu yang sedang menikmati sarapan tanpa izin. Aku tidak mengenalmu, mbak, begitupula denganmu. Aku masih ingat, di pagi itu aku sedang menunggu pesanan siomay-ku di Taman Bungkul bersama Ayu. Dengan kamera yang kukalungkan (aku sedang dalam tugas kuliah fotografi bertemakan human interest), mataku menangkap sosokmu yang sedang menunggu pembeli datang. Si Mbak menjajakan pakaian-pakaian yang dibiarkan tergantung di pinggirmu. Sesekali wanita-wanita muda berhenti, mendekat, dan memilah-milih baju daganganmu. Tapi tak seorangpun membuka dompetnya untukmu, mbak.
Mungkin kau lelah berdiri terus-menerus menata dagangan, maka kau putuskan untuk beristirahat barang sebentar. Kau membuka sebungkus nasi pecel yang (mungkin) kau beli dari ibu pedangan pecel ponorogo di seberang lapakmu. Melihatmu makan dengan lahap, aku yakin kau pasti belum memasukkan makanan apapun ke dalam perutmu ketika berangkat berdagang pagi tadi.
Kita memang tidak saling mengenal, mbak, tapi aku salut padamu. Kau masih begitu muda, mungkin seumuran denganku, mungkin juga lebih tua beberapa tahun. Jika boleh menebak, mungkin kegiatanmu di Minggu pagi itu adalah salah satu selingan untuk sekadar mencari uang jajan tambahan, mungkin juga tidak. Well, apapun tujuanmu berdagang, aku hanya bisa menyemangatimu dari kejauhan, mbak.
Semoga daganganmu laris manis ya, mbak, sepertimu yang manis dengan wajah tertutup topi merah jambu dan rambut terikat.
Pasuruan, 11 Februari 2014.
Dari aku yang suka memperhatikan sekeliling.
Kok kayak mbak2 cina cantik gituyaa nin
ReplyDeleteLha mangkain. Gemes pingin nanyain nomer hapenya #lah
Delete