Hai. Ini hari Minggu, hari yang kau benci. Aku masih ingat alasan dibalik kebencianmu terhadap hari ini. Standar saja memang: karena esoknya adalah Senin, hari di mana semua rutinitas kembali seperti biasa. Tapi akhir-akhir ini, kau sudah tidak pernah mengeluh lagi padaku perihal hari Minggu. Entahlah, mungkin liburanmu di pulau seberang lebih mengasyikkan hingga tak meninggalkan sedikit ruang untukmu mengeluh.
Aku suka ketika kau melupakan hari Minggu-mu. Itu berarti, kau sedang menghabiskan waktu yang bermakna hingga kau lupakan ketidaksukaanmu. Sama seperti beberapa minggu yang lalu, saat kau berkata, "Besok lagi, yuk!" yang kubalas dengan, "Besok kan harus kuliah..." lalu kau tersadar, namun bukannya merengut seperti biasanya, kau malah tertawa. Aku selalu suka melihat tawa yang menimbulkan beberapa kerut di sekitar matamu.
Saat kutuliskan surat ini, aku sangat yakin bahwa Minggu-mu sedang penuh tawa seperti saat itu. Walau kau melaluinya tanpaku, itu bukan masalah besar. Yang terpenting adalah kebahagiaanmu. Percayalah aku selalu mendoakanmu untuk itu.
Pasuruan, 9 Februari 2014.
(lagi-lagi) Untuk kamu,
dari aku yang menunggumu pulang membawa keriaan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Thanks for stopping by. You seem nice. You are welcome to leave any comments here.